Pertanyaan: Maha patih majapahit yg terkenal adalah. Raja kediri yg terkenal dg ramalannya adalah Kerajaan majapahit mengalami kejayaan pada masa pemerintahan raja Kerajaan mataram mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Sultan hasanudin adalah raja dari kerajaan Pendiri kerajaan demak adalah Kerajaan demak mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Masjid agung Ilustrasi Sultan hasanuddin. Sumber abad ke 20, perjuangan mempertahankan tanah air dari tangan penjajah di Nusantara dilakukan secara kedaerahan dan dengan mengangkat senjata. Ada banyak pahlawan nasional yang dengan berani berjuang mempertahankan kedaulatan tanah air di berbagai wilayah di Nusantara. Salah satunya adalah Sultan Hasanuddin. Mari kita simak biografi singkat dan sejarah perjuangan Sultan Hasanuddin melalui artikel berikut Singkat dan Sejarah Perjuangan Sultan Hasanudin dalam Melawan BelandaBerikut ini adalah biografi singkat dan sejarah perjuangan Sultan Hasanuddin dalam melawan Belanda yang sebagian besar dirangkum dari buku Pahlawan Indonesia oleh Tim Media Pusindo 200822-23.Sultan Hasanuddin lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 12 Januari 1631. Beliau adalah sultan Gowa ke-16 dan terlahir dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Kegigihan dan keberaniannya dalam melawan Belanda membuat Belanda memberikannya julukan "Ayam Jantan dari Timur".Beliau adalah putra dari Raja Gowa ke-15, Manuntungi Daeng matola Karaeng Lakiyung Sultan Muhammad saat pemerintahan ayahnya, Belanda mendirikan kantor dagang di Kepualauan Maluku. Hal tersebut menjadi ancaman bagi kedaulatan Kerajaan Gowa. Pada tahun 1660 terjadi peperangan antara Kerajaan Gowa dan Belanda. Pertempuran ini berakhir dengan diadakannya perjanjian damai. Pada tahun 1666 kembali terjadi peperangan karena Belanda melanggar perdamaian dan merugikan Gowa. Sultan Hasanuddin menyerang kapal-kapal Belanda dan menenggelamkannya. Belanda kemudian melakukan serangan balasan. Perang terjadi secara besar-besaran antara pasukan Gowa yang dipimpin Sultan Hasanuddin dan Belanda yang dipimpin Cornelis tanggal 18 November 1667, di Bongaya, Sultan Hasanuddin yang sudah terdesak dengan berbagai pertempuran terpaksa menandatangani perjanjian Bongaya. Perjanjian tersebut ternyata sangat merugikan Gowa sehingga Sultan Hasanuddin tetap memberikan perlawanan pada Belanda. Namun serangan-serangan tersebut tidak berarti karena Belanda sudah sangat kuat. Pada tanggal 12 Juni 1669 Belanda berhasil menguasai Benteng Somba Opu. Sultan Hasanuddin wafat pada usia 39 tahun pada tanggal 12 Juni 1670. Hingga akhir hayatnya, Sultan Hasanudin tetap tidak mau menyerah pada buku Kumpulan Pahlawan Indonesia Lengkap oleh Mirnawati, berdasarkan SK Presiden No. 87/1973, pada tanggal 6 November 1873, pemerintah menganugerahi gelar Pahlawan Nasional kepada Sultan Hasanuddin untuk menghormati jasa perjuangan Sultan Hasanuddin. Itulah pemaparan mengenai biografi singkat sejarah perjuangan Sultan Hasanuddin. Semoga dengan informasi ini kita semakin dapat menghargai jasa-jasa para pahlawan nasional dalam perjuangan mempertahankan tanah air.IND 1 Masjid Agung Banten. Masjid Agung Banten adalah salah satu peninggalan bersejarah dari Kerajaan Banten yang hingga kini masih dapat kita jumpai. Didirikan pada tahun 1652 di masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanudin, masjid ini terletak di Desa Banten Lama, 10 km utara Kota Serang.
- Maulana Hasanuddin adalah pendiri Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1552-1570 Masehi. Selain sebagai sultan pertama Banten, Maulana Hasanuddin juga merupakan sosok pelopor sejarah syiar Islam di wilayah dari The Sultanate of Banten 1990 karya Hasan Muarif Ambary dan Jacques Dumarçay, Maulana Hasanuddin memperoleh gelar Pangeran Sabakingkin atauSeda Kinkin. Pemberi gelar itu adalah kakeknya, yaitu Prabu Surosowan, Bupati Hasanuddin adalah putra dari Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati 1479-1568 M, penguasa Kesultanan Cirebon yang juga menjadi salah satu anggota Wali Songo, majelis penyebar Islam di Jawa pada era Kesultanan Agus Sunyoto dalam Atlas Wali Songo 2012, pada suatu ketika Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dari Cirebon menempuh perjalanan ke barat menuju Banten. Di Banten, Sunan Gunung Jati berhasil mengajak bupatinya, Prabu Surosowan atau Ki Gedeng, beserta rakyatnya untuk memeluk Islam. Sunan Gunung Jati kemudian menyunting putri Prabu Surosowan yang bernama Nyi ini melahirkan anak perempuan dan anak laki-laki, yakni Ratu Winaon dan Pangeran Sabakingkin alias Maulana Hasanuddin. Baca juga Sejarah Sunan Gunung Jati Ulama Wali Songo & Sultan Cirebon Sejarah Kesultanan Banten dan Daftar Raja yang Pernah Berkuasa Sejarah Singkat Kesultanan Cirebon Kerajaan Islam Sunda Pertama Sejarah Hidup Maulana Hasanuddin Setelah Prabu Surosowan wafat, posisi pemimpin Banten dilanjutkan oleh putranya yang bernama Pangeran Arya Surajaya atau Prabu Pucuk Umun, yang juga paman dari Pangeran Sabakingkin alias Maulana Gunung Jati kemudian kembali ke Cirebon. Sedangkan Pangeran Sabakingkin berkelana untuk memperdalam ilmu dan ajaran keislamannya. Adapun Prabu Pucuk Umun adalah pemeluk ajaran Sunda ketika, Pangeran Sabakingkin atau Maulana Hasanuddin menghadap ayahnya di Cirebon. Ia kemudian diberi mandat untuk menyebarkan Islam yang lebih luas ke tanah Banten dan Hasanuddin pun berangkat ke Banten. Namun, misinya untuk menjalankan syiar Islam di Banten ternyata mendapatkan tentangan dari pamannya sendiri, yakni Prabu Pucuk melakukan musyawarah, mereka bersepakat untuk tidak berperang secara fisik, namun diganti dengan pertarungan ayam jago. Dilansir laman Dinas Pariwisata Provinsi Banten, Maulana Hasanuddin memenangkan perlombaan itu. Prabu Pucuk Umun mengaku kalah dan memberikan ucapan selamat seraya menyerahkan golok serta tombak sebagai tanda kekalahan. Penyerahan kedua senjata pusaka Banten itu juga sebagai simbol bahwa kekuasaan wilayah Banten yang semula dipegang oleh Prabu Pucuk Umun kepada Maulana juga Sejarah Sumedang Larang Masa Jaya Kerajaan Islam di Tanah Sunda Sejarah Kesultanan Demak Kerajaan Islam Pertama di Jawa Sejarah Kerajaan Sunda Galuh, Keruntuhan, & Peninggalan Pajajaran Memimpin Pemerintahan di Banten Prabu Pucuk Umun bersama beberapa pengikutnya kemudian pergi untuk menuju ke Ujung Kulon di Banten Selatan. Mereka bermukim di hulu Sungai Ciujung, di sekitar wilayah Gunung Kendeng. Konon, mereka adalah cikal-bakal orang Kanekes atau orang-orang Suku para pengikut Prabu Pucuk Umun lainnya yang memilih bertahan di Banten menyatakan masuk Islam di hadapan Maulana era Maulana Hasanuddin yang kemudian memerdekakan Banten menjadi kesultanan pada 1568 M, kerajaan bercorak Islam ini mencapai kemajuan di berbagai bidang. Sektor perdagangan menjadi tumpuan utama Kesultanan Banten pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin. Komoditas utamanya adalah lada yang sudah dikirim ke berbagai wilayah di oleh Muslimah berjudul "Sejarah Masuknya Islam dan Pendidikan Islam Masa Kerajaan Banten Periode 1552-1935" dalam Jurnal Studi Agama dan Masyarakat 2017 menyebutkan, Maulana Hasanuddin memerintah Banten hingga wafatnya pada juga Bagaimana Sejarah Berdirinya Kerajaan Majapahit? Sejarah Masjid Tua Katangka Al-Hilal Peninggalan Kesultanan Gowa Akulturasi Budaya dalam Sejarah Keraton Kasepuhan Cirebon - Sosial Budaya Kontributor Syamsul Dwi MaarifPenulis Syamsul Dwi MaarifEditor Iswara N Raditya
Perkembangantersebut mempengaruhi terhadap perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam. Peranan para Khalifah memiliki kontribusi besar dalam kemajuan Islam. Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas perkembangan kemajuan Bani Umayyah di bidang administrasi pemerintahan, bidang sosial kemasyarakatan, dan bidang seni budaya. Home Nusantara Selasa, 30 Mei 2023 - 1901 WIBloading... Mataram Islam merupakan sebuah kerajaan yang pernah berkuasa sepanjang abad ke 16 sampai abad ke 18 M. Foto DOK ist A A A JAKARTA - Mataram Islam merupakan sebuah kerajaan yang pernah berkuasa sepanjang abad ke 16 sampai abad ke 18 M. Ki Ageng Pamanahan adalah sosok pemimpin pertama dan orang yang mendirikan kesultanan di tanah Jawa dari jurnal bertajuk "Sejarah Perkembangan Mataram Islam Keraton Plered", berkat keberhasilan Ki Ageng Pemanahan dalam membunuh Arya Penangsang dalam perang perebutan tahta atas Demak, membuat dirinya mendapat hadiah tanah di Mataram dari Sultan tersebutlah yang dijadikan Ki Ageng Pemanahan dan para pengikutnya membuka hutan untuk dijadikan tempat pemukiman dan menjadikan sebuah dinasti sendiri yang disebut Mataram Islam. Baca Juga Kerajaan Mataram Islam pada masa keemasannya pernah menyatukan tanah Jawa dan sekitarnya, termasuk Madura. Kesultanan ini juga pernah dua kali menyerang VOC di Batavia untuk mencegah semakin berkuasanya perdagangan Mataram IslamMasa keemasan Kesultanan Mataram terjadi pada era kepemimpinan Sultan Agung Hanyokrokusumo 1593 - 1645. Raja yang punya nama asli Raden Mas Jatmika ini naik tahta ketika masih berusia 20 dari laman Kebudayaan Jogja, Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada 1627, tepatnya setelah empat belas tahun Sultan Agung memimpin kerajaan Mataram Islam. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, daerah pesisir seperi Surabaya dan Madura berhasil ditaklukan. Sepanjang tahun 1913 sampai 1645, kesultanan ini aktif memperluas wilayah kekuasaannya hingga mencakup hampir seluruh Pulau melakukan perluasan wilayah, Sultan Agung juga punya peran besar terhadap kemajuan bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya,yang menjadikan peradaban kerajaan Mataram semakin maju. Baca Juga Pada era kekuasaan Sultan Agung ini juga untuk pertama kalinya ada kerajaan yang berani untuk menyerang VOC secara langsung. sejarah kerajaan mataram mataram kuno islam voc Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 10 menit yang lalu 36 menit yang lalu 37 menit yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu 1 jam yang lalu
KerajaanMajaphit (1293-1520) Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389.
Biografi Sultan Hasanuddin, Raja Gowa Berjuluk Ayam Jantan dari Timur Diperangi Belanda karena menolak kerja sama Lukisan wajah Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan dan Sultan Gowa XVI, Sultan Hasanuddin, dalam prangko Indonesia terbitan tahun 2006. Wikimedia Commons/ Jakarta, IDN Times- Salah satu raja dari Timur yang paling dikenal sepak terjangnya adalah Sultan Hasanuddin. Pemilik nama asli Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape merupakan sosok yang membuat Belanda kelimpungan. Salah satu ide besarnya adalah menolak monopoli perdagangan oleh perusahaan Belanda atau VOC. Di bawah kepemimpinannya, Sultan Hasanuddin berhasil menggagalkan Belanda untuk menguasai Kerajaan Islam Gowa. Di samping itu, Sultan Hasanuddin juga berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan kecil untuk memerangi penjajah. Kehebatan Sultan Hasanuddin diakui Belanda dengan memberinya julukan Ayam Jantan dari Timur atau DeHaantjes van Het Osten. Supaya kita bisa mengenal Sultan Hasanuddin lebih jauh, yuk simak biografi Sultan Hasanuddin di bawah ini!1. Masa kecil Sultan Hasanuddin lahir di Makassar pada 12 Januari 1631. Dia lahir dari pasangan Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15, dengan I Sabbe To’mo Lakuntu. Jiwa kepemimpinannya sudah menonjol sejak kecil. Selain dikenal sebagai sosok yang cerdas, dia juga pandai berdagang. Karena itulah dia memiliki jaringan dagang yang bagus hingga Makssar, bahkan dengan orang asing. Hasanuddin kecil mendapat pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Sejak kecil ia sering diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting, dengan harapan dia bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Beberapa kali dia dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerjaan. Saat memasuki usia 21 tahun, Hasanuddin diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa. Ada dua versi sejarah yang menjelaskan kapan dia diangkat menjadi raja, yaitu saat berusia 24 tahun atau pada 1655 atau saat dia berusia 22 tahun atau pada 1653. Terlepas dari perbedaan tahun, Sultan Malikussaid telah berwasiat supaya kerajaannya diteruskan oleh Hasanuddin. Selain dari ayahnya, dia memperoleh bimbingan mengenai pemerintahan melalui Mangkubumi Kerajaan Gowa, Karaeng Pattingaloang. Sultan Hasanuddin merupakan guru dari Arung Palakka, salah satu Raja Bone yang kelak akan berkongsi dengan Belanda untuk menjatuhkan Kerajaan Gowa. Baca Juga Biografi Kapitan Pattimura, Pahlawan yang Dihukum Gantung Belanda 2. Menolak monopoli perdagangan BelandaIlustrasi perdagangan rempah-rempah di kawasan Timur Indonesia Sultan Hasanuddin menjabat, dia harus berhadapan dengan Belanda yang ingin memonopoli rempah-rempah dan hasil perdagangan wilayah Timur Indonesia. Belanda melarang seluruh kerajaan di Makassar untuk berdagang dengan musuh Belanda. Sultan Hasanuddin meneruskan prinsip ayah dan kakeknya, bahwa hasil bumi dan lautan harus digunakan bersama-sama. Penolakan itulah yang mendasari Belanda di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman menyerang kerajaan-kerajaan kecil di bagian Timur Indonesia. Meski sebagian kerajaan hancur, Belanda gagal menguasai Kerajaan Gowa karena armada lautnya yang memumpuni. Di samping itu, Sultan Hasanuddin tidak berperang sendiri, dia berhasil menggabungkan kekuatan dengan kerajaan-kerajaan kecil Perang Makassar dan aliansi perang Belanda-Arung PalakkaLukisan wajah Pahlawan Nasional asal Sulawesi Selatan dan Sultan Gowa XVI, Sultan Hasanuddin, dalam prangko Indonesia terbitan tahun 2006. Wikimedia Commons/ Hasanuddin tidak hanya menghadapi Belanda. Dia juga harus mewarisi konfrontasi dengan Kerajaan Bone yang sudah berlangsung lama. Akibat kalah perang, banyak pasukan Bone yang menjadi tawanan perang Kerajaan Gowa. Sebagian dari mereka ada yang dipaksa bekerja untuk membangun benteng pertahanan guna melawan Belanda. Arung Palakka, salah satu pangerang keturunan Raja Bone, yang sejak berusia 11 tahun melihat kekejaman itu bertekad untuk membebaskan Kerajaan Bone dari tangan Sultan Hasanuddin. Pada 1660, Arung Palakka berhasil membebaskan sebagian tawanan Kerajaan Bone, tapi dia tetap gagal menaklukkan Sultan Hasanuddin. Dia akhirnya mundur dan ditawari kerja sama oleh Belanda. Arung Palakka berada dalam kondisi dilematis, dia muak dengan ketamakan Belanda tapi dia juga ingin menjatuhkan Kerajaan Gowa. Setelah menyerang Kerajaan Gowa, dia menjadi buronan Kerajaan Gowa. Dia akhirnya melarikan diri hingga Batavia pada 1663 untuk memilih bekerja sama dengan Belanda. Awal mula peperangan adalah 24 November 1666, ketika Arung Palakka bersama 400 pasukannya bersanding dengan armada Belanda dengan 21 kapal perang dan seribu pengikut menuju Sulawesi. Konfrontasi Arung Palakka bersama Belanda melawan Sultan Hasanuddin berakhir pada 18 November 1667. Pertempuran berjuluk Perang Makassar itu berhasil memaksa Sultan Hasanuddin untuk menandatangani perjanjian damai, dikenal sebagai Perjanjian Bungaya, pada pada 18 November 1667. Akan tetapi, Kerjaan Gowa tidak tinggal diam karena merasa dirugikan dalam perjanjian tersebut. Akhirnya mereka kembali menyerang dan membajak kapal dagang belanda yang berujung Perang Makassar pada 12 April 1668. Namun, Belanda yang semakin kuat dengan mudahnya mengalahkan pasukan Sultan Sultan Hasanuddin wafat dan diangkat menjadi pahlawanSultan Hasanuddin YouTube/MULYADI ART CLASSLantaran menolak untuk menjalin kerja sama dengan Belanda, Sultan Hasanuddin akhirnya meninggalkan tahtanya dan meninggal pada 12 Juni 1970. Dia dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja-Raja Gowa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Sebagai bentuk penghargaan terhadap perjuangannya, Sultan Hasanuddin diangkat menjadi pahlawan nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 087/TK/1973 tertanggal 6 November 1973. Baca Juga Biografi Gatot Subroto, Pahlawan Nasional Jagoan Militer Indonesia Berita Terkini Lainnya
Dinasid. 17/03/2022. Soal Perkembangan Masyarakat, Pemerintahan, Budaya Pada Masa Kerajaan Islam di Indonesia - Halo sobat Dinas.id, inilah rekomendasi contoh Soal-soal Sejarah Indonesia Kelas 10, X KD 3.8 SMA Ujian Akhir Semester (UAS), soal Ujian Tengah Semester (UTS) genap, ganjil, gasal. Yuk, pelajari kumpulan contoh soal-soal sesuai
Biografi Sultan Hasanuddin – Sultan Hasanuddin merupakan salah satu raja dari timur yang populer berkat kegigihannya melawan Belanda pada masa penjajahan. Perjuangan besarnya yang membuat Belanda kewalahan adalah menolak monopoli perdagangan yang dilakukan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie VOC. Selama masa kepemimpinannya, Sultan Hasanuddin juga telah berhasil menggagalkan rencana Belanda untuk menguasai Kerajaan Islam Gowa. Tidak hanya itu, dia bahkan menyatukan kerajaan-kerajaan kecil untuk bersatu memerangi penjajah. Kegigihan Sultan Hasanudin ini membuatnya mendapatkan julukan De Haantjes van Het Osten dari Belanda yang artinya Ayam Jantan dari Timur. Berikut ini dipaparkan mengenai biografi singkat dan riwayat perjuangan dari Sultan Hasanuddin. Latar Belakang Keluarga Sultan HasanuddinPolemik Arung Palakka dalam Perang MakassarRekomendasi Buku & Artikel TerkaitKategori Biografi Pahlawan IndonesiaMateri Terkait Lukisan Sultan Hasanuddin. Berdasarkan daftar raja-raja Gowa yang dimuat dalam buku Islamisasi Kerajaan Gowa Abad XVI sampai Abad XVII yang ditulis oleh Ahmad M. Sewang, Sultan Hasanuddin merupakan Raja Gowa ke-16, atau Sultan Gowa ke-3 sejak kerajaan ini mulai memeluk Islam. Hasanuddin lahir di Gowa pada 12 Januari 1631 dengan nama Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangape. Dia adalah putra mahkota Sultan Malik as-Said atau Malikulsaid 1639–1653 dengan I Sabbe To’mo Lakuntu. Kakek Hasanuddin, Sultan Alauddin 1593–1639 adalah Raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Jiwa kepemimpinannya sudah menonjol sejak kecil. Selain dikenal sebagai sosok yang cerdas, dia juga pandai berdagang. Inilah yang menyebabkannya memiliki jaringan dagang yang bagus hingga Makassar, bahkan dengan orang asing. Hasanuddin kecil mendapatkan pendidikan keagamaan di Masjid Bontoala. Sejak kecil, dia sering diajak ayahnya untuk menghadiri pertemuan penting dengan harapan bisa menyerap ilmu diplomasi dan strategi perang. Beberapa kali dia dipercaya menjadi delegasi untuk mengirimkan pesan ke berbagai kerajaan. Ketika memasuki usia 21 tahun, Hasanuddin diamanatkan jabatan urusan pertahanan Gowa. Ada dua versi sejarah yang menjelaskan pengangkatannya menjadi raja, yaitu saat dia berusia 24 tahun atau pada 1655 dan saat dia berusia 22 tahun atau pada 1653. Terlepas dari perbedaan tahun, Sultan Malikussaid telah berwasiat supaya kerajaannya diteruskan oleh Hasanuddin. Selain dari ayahnya, dia memperoleh bimbingan mengenai pemerintahan melalui Mangkubumi Kesultanan Gowa, Karaeng Pattingaloang. Sultan Hasanuddin merupakan guru dari Arung Palakka, salah satu Sultan Bone yang kelak akan berkongsi dengan Belanda untuk menjatuhkan Kesultanan Gowa. Seperti yang dicatat dalam buku Peristiwa Tahun-Tahun Bersejarah Daerah Sulawesi Selatan dari Abad ke XIV 1985, Sultan Malikusaid wafat pada 6 November 1653. Hasanuddin pun naik takhta sebagai raja baru dan langsung membawa kerajaan mencapai puncak kejayaan, termasuk menguasai jalur perdagangan utama di Nusantara bagian timur. Namun, masa-masa keemasan itu mulai terancam sejak orang-orang Belanda berbendera VOC menyambangi Sulawesi bagian selatan pada pertengahan abad ke-17. VOC tergiur ingin menguasai perdagangan di kawasan yang sangat strategis tersebut. Belanda berharap kebijakan Sultan Hasanuddin lebih lunak daripada mendiang ayahnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sagimun Mulus Dumadi dalam buku berjudul Sultan Hasanuddin Menentang VOC 1986, Hasanuddin memberikan izin kepada tiga orang Belanda untuk tinggal di Somba Opu, ibu kota Kesultanan Gowa saat itu. Ternyata, kebaikan hati sang sultan disalahgunakan. Orang-orang Belanda tersebut tertangkap basah telah mengirimkan surat ke Batavia. Dalam surat itu disebutkan bahwa pihak VOC diminta melakukan persiapan untuk melancarkan serangan ke Kesultanan Gowa pada tahun berikutnya. Terang saja Sultan Hasanuddin murka dan merasa kecolongan. Dia kemudian bergegas memerintahkan pembangunan benteng-benteng pertahanan untuk mengantisipasi serbuan pasukan Belanda yang kemungkinan besar akan segera datang. Polemik Arung Palakka dalam Perang Makassar Sehubungan dengan semakin meningkatnya tekanan Kompeni Belanda, pada suatu malam, tepatnya pada Februari 1660, Sultan Hasanuddin memanggil Tobala Arung Tanette, selaku pejabat yang dipercaya oleh Kesultanan Makassar untuk memimpin orang Bone. Sultan Hasanuudin meminta agar Tobala Arung Tanette bisa menggalang kekuatan orang Bone guna memperkuat pertahanan Makassar yang akan berhadapan dengan Kompeni Belanda. Dalam pembicaraan itu, Tobala Arung Tanette mengatakan bahwa dia selaku pemimpin orang Bugis Bone dan demi menjaga harga diri dan martabat orang Bugis Bone, Tobala berjanji, bahwa dia bersama dengan orang Bugis Bone akan berperang bersama Sultan Hasanuddin dalam melawan Kompeni Belanda yang ingin menaklukkan Makassar sebagai bandar niaga maritisme terbesar di Kepulauan Nusantara Bagian Timur waktu itu. Sebagai buktinya, Tobala segera memimpin 1000 orang Bugis Bone untuk pergi menjaga wilayah-wilayah yang berada di belakang wilayah Makassar dalam rangka bersiap siaga atas gerak gerik dari pasukan Kompeni Belanda. Selain itu, Tobala juga bertugas untuk melaporkan setiap usaha Kompeni Belanda yang ingin membujuk orang Bugis untuk bersatu melawan Makassar. Sementara itu, pihak Kompeni Belanda telah mendapatkan laporan dari seorang pemberontak dari Bugis Mandar di Manado, bahwa beberapa bangsawan Makassar mengeluhkan akan sikap keras yang ditunjukkan oleh Sultan Hasanuddin selaku pemimpin mereka. Laporan orang Bugis Mandar ini diperkuat lagi oleh laporan yang dibawa oleh utusan Kompeni Belanda yang datang ke istana Makassar. Utusan Kompeni Belanda ini bernama Willem Bastingh. Laporan itu menambahkan bahwa pasukan bayaran Makassar dari Banda juga siap membantu Kompeni Belanda jika Kompeni Belanda ingin melakukan serangan ke Makassar. Dengan laporan ini, Kompeni Belanda merasa cukup lega karena jalan untuk menaklukkan Makassar sebagai bandar niaga maritim terbesar di Kepulauan Nusantara bagian timur, yang selama ini telah menjadi batu sandungan bagi Kompeni Belanda dalam upaya meraih posisi sebagai penguasa tunggal atas perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Nusantara akan segera terwujud. Setelah mendapatkan informasi ini, pada pertengahan tahun 1660 itu juga, Kompeni Belanda mengirimkan sebuah ekspedisi untuk menguji kekuatan Makassar. Kompeni Belanda dalam ekspedisi itu berhasil merebut Pelabuhan Panakukang. Setelah berhasil merebut Pelabuhan Panakukang dari tangan Makassar, Kompeni Belanda menempatkan empat kapal perang dengan senjata lengkap dan dua sekoci untuk mengamankan Benteng Panakukang dari Penguasa Makassar. Selain itu, Kompeni Belanda juga telah menyiapkan persediaan makanan selama lima bulan untuk mendukung pasukan Belanda yang bertugas mengawal dan mengamankan Benteng Panakukang ini dari Penguasa Makassar. Menurut informasi dari Speelman, Sultan Hasanuddin sangat menyalahkan Karaeng Sumanna selaku pejabat Makassar yang bertanggung jawab dalam menangani pasukan Bone di bawah pimpinan Tobala Arung Tanete. Atas dasar itu, Sultan Hasanuddin mengganti Karaeng Sumanna dengan Karaeng Karunrung. Kebijakan ini diambil oleh Sultan Hasanuddin dengan harapan Kesultanan Makassar tidak dipermalukan lagi oleh Kompeni Belanda. Karaeng Karunrung memang sangat serius untuk melakukan mobilisasi atas orang Bone. Karaeng Karunrung langsung memberikan perintah kepada Tobala Arung Tanette untuk membawa orang Bone ke Makassar guna bekerja membantu pertahanan Makassar. Atas perintah Karaeng Karunrung itu, Tobala Arung Tanette berhasil membawa orang Bone ke Makassar. Orang Bone yang berjumlah sekitar tanpa memandang usia, baik tua, maupun muda, semuanya diseret paksa berjalan melintasi daerah bergelombang dan gunung-gunung tinggi menuju Makassar. Sesampainya di Makassar, mereka dibagi berkelompok-kelompok dan bekerja bergiliran berdasarkan kelompoknya masing-masing. Mereka itu diberi tugas untuk menggali parit di sepanjang garis pertahanan di pantai pelabuhan Makassar, dari benteng paling selatan Barombong hingga ke benteng paling utara Ujung Tana. Selama di Makassar, hak-hak orang Bone sebagai pekerja sering dilanggar oleh pihak Kesultanan Makassar dan penderitaan orang Bone semakin bertambah ketika mandor-mandor yang mengawasi mereka bekerja bersikap kasar kepada orang Bone yang sedang bekerja. Akibatnya, banyak orang Bone yang jatuh sakit dan melarikan diri, karena mereka sudah tidak tahan lagi dengan penderitaan mereka sebagai pekerja parit. Masalah ini ditanggapi dengan serius oleh Karaeng Karunrung. Karaeng Karunrung mengambil tindakan dengan mempekerjakan para bangsawan Bone bersama-sama dengan rakyat mereka demi mencapai target yang diinginkan. Arung Palakka termasuk ke dalam para bangsawan Bone yang diturunkan mengawasi orang Bone dalam mengerjakan parit tersebut. Pada suatu hari, Arung Palakka menyaksikan dengan mata dan kepalanya sendiri kekejaman mandor atas orang Bone yang sedang bekerja. Mandor menangkap dan memukuli orang Bone itu di depan Arung Palakka. Arung Palakka merasa tidak tahan melihat derita yang dialami oleh orang Bone ketika sedang bekerja. Dia berusaha memengaruhi dan meyakinkan Tobala Arung Tanette beserta bangsawan Bone lainnya untuk melarikan diri dari pekerjaan itu. Arung Palakka berhasil memengaruhi dan meyakinkan mereka. Setelah sepakat untuk melarikan diri, mereka mununggu waktu yang tepat untuk melarikan diri. Hari yang ditunggu pun datang, yaitu hari libur pasca panen. Pada hari itu orang Makassar sedang merayakan hari panen yang diadakan di wilayah Tallo. Para mandor dan orang Makassar pada umumnya sedang sibuk dengan keramaian yang diadakan di Tallo. Dalam kondisi seperti inilah, orang Bone di bawah pimpinan Arung Palakka dan Tobala Arung Tanette berhasil meninggalkan Makassar dan bergerak terus menuju Bone. Mereka membutuhkan waktu selama empat hari untuk bisa sampai di Bone. Perjalanan selama empat hari itu, mereka tempuh dengan penuh kelelahan. Setelah sampai di Bone, atas persetujuan semua pihak, disusunlah rencana pemberontakan secara besar-besaran atas Kesultanan Makassar berkaitan dengan perlakuan yang tidak manusiawi dari pihak Kesultanan Makassar atas orang Bone yang sedang bekerja siang dan malam dalam menggaliparit demi memperkuat pertahanan Kesultanan Makassar dalam menghadapi Kompeni Belanda. Pemberontakan orang Bone ini dipimpin langsung oleh Arung Palakka dan Tobala Arung Tanette. Sekitar orang Bugis Bone dan Soppeng telah dipersiapkan oleh Arung Palakka dan Tobala Arung Tanette guna melakukan perlawanan terhadap Kesultanan Makassar yang telah memperlakukan orang Bone dengan cara-cara yang kurang manusiawi. Setelah mengetahui gerakan ini, Sultan Hasanuddin mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Karaeng Sumanna untuk menumpasnya. Pada awalnya, Arung Palakka dan Tobala Arung Tanette berhasil membendung pasukan Makassar di bawah pimpinan Karaeng Sumanna. Namun, setelah pasukan Makassar mendapat bantuan dari Wajo, Arung Palakka dan Tobala Arung Tanette mengalami kekalahan. Arung Palakka dan Tobala Arung Tanette melakukan gerak mundur. Pasukan Makassar dan Wajo mengejar terus dan terjadi lagi pertempuran terbuka di daerah Bone Utara pada 11 Oktober 1660. Dalam pertempuran ini, Tobala tewas di tangan pasukan Makassar dan Wajo, sedangkan Arung Palakka berhasil meloloskan diri dan mengungsi ke Pegunungan Macini. Pasukan Makassar dan Wajo tetap melakukan pengejaran terhadap Arung Palakka, tetapi mereka kehilangan jejak. Merasa tidak aman bersembunyi di daerah Bone, karena selalu menjadi incaran dari pasukan Makassar, Arung Palakka berusaha bisa keluar dari daerah Bone. Pada 25 Desember 1660, Arung Palakka didampingi Arung Bila, Datu Patojjo, Arung Appanang bersama para pengikutnya sekitar 400 orang berhasil sampai di Pantai Palette. Arung Palakka di pantai ini bersumpah akan terus berjuang untuk membebaskan Bone dan Soppeng dari kekuasaan Makassar. Setelah bersumpah, berlayarlah Arung Palakka bersama para pengikutnya menuju wilayah Buton. Sultan Buton menerima baik kedatangan Arung Palakka beserta pengikutnya dan bersedia memberikan perlindungan kepada mereka. Arung Palakka di kemudian hari memutuskan berangkat ke Batavia untuk membangun kerja sama dengan Kompeni Belanda dalam upaya membebaskan Bone dan Soppeng darikekuasaan Makassar. Pihak Kompeni Belanda menerima baik tawaran kerja sama ini dan menempatkan pengikut Arung Palakka untuk bermukim di Muara Angke. Tiga tahun kemudian, Arung Palakka bersama Kompeni Belanda sudah siap menghadapi Makassar sebagai musuh bersama mereka dengan kepentingan yang berbeda. Arung Palakka memerangi Makassar karena ingin membebaskan Bone dari kekuasaan Makassar, sedangkan Kompeni Belanda menyerang Makassar dalam rangka ingin mengokohkan dirinya sebagai penguasa tunggal atas perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Nusantara. Sesuai rencana, pada 24 November 1666, Cornelis Speelman dan Arung Palakka berlayar menuju Makassar dari Batavia siap menyerang Makassar. Pasukan Speelman ini terdiri atas 21 kapal dan orang prajurit 818 pelaut Belanda, 578 tentara Belanda, dan 395 pasukan pribumi. Pasukan utama pribumi berasal dari Ambon di bawah pimpinan Kapten Joncker dan dari Bugis Bone di bawah pimpinan Arung Palakka. Pada 19 Desember 1666, Speelman dan Arung Palakka sampai di pelabuhan Makassar. Sesampainya di pelabuhan Makassar, Speelman langsung memberikan ancaman kepada Sultan Hasanuddin. Selanjutnya, Speelman mengibarkan “bendera merah sebagai tanda serangan akan segera dimulai” pada 21 Desember 1966. Bersamaan dengan itu, ditembakkan dua meriam dari kapal Kompeni Belanda ke arah Benteng Somba Opu, sebagai benteng pertahanan utama Sultan Hasanuddin. Pasukan Makassar membalas serangan Kompeni Belanda itu dengan menembakkan meriam pula dari benteng Somba Opu, Panakkukang, dan Ujung Pandang. Selain itu, Sultan Hasanuddin juga mengerahkan pasukan laut untuk menyerang Kompeni Belanda. Serangan laut ini membuat Speelman menjadi kewalahan karena di luar perhitungannya. Berhubung cuaca yang kurang mendukung dan kuatnya pertahanan Sultan Hasanuddin, Speelman mengurungkan niatnya untuk menyerang terlebih dahulu. Speelman melanjutkan pelayaran menuju timur guna memperkuat kekuatan dalam rangka meruntuhkan Makassar. Speelman berlayar terus dan akhirnya sampai di Buton pada Januari 1667. Namun, terjadi pertempuran antara armada Speelman dengan pasukan Makassar di bawah pimpinan Karaeng Bontomarannu. Dalam pertempuran ini, Speelman berhasil meraih kemenangan. Speelman berhasil meraih kemenangan mutlak di Buton karena orang Bugis Bone dan Soppeng yang berada di bawah komando Karaeng Bontomarannu berbalik arah melawan pasukan Makassar. Mereka tahu bahwa di dalam pasukan Speelman ada Arung Palakka yang datang dari Batavia untuk membebaskan mereka dari kekuasaan Makassar. Melihat situasi yang kurang menguntungkan ini, Sultan Hasanuddin berusaha menormalkan hubungannya dengan Bone. Sultan Hasanuddin mengeluarkan pernyataan bahwa Kerajaan Bone sudah bebas dari Kesultanan Makassar. Pernyataan ini diikuti dengan tindakan mengembalikan La Maddarameng sebagai Raja Bone yang sah. Pada Februari 1667, La Maddarameng sudah kembali menjadi Raja Bone yang sah seperti yang dulu lagi. Kebijakan Sultan Hasanuddin ini belum mampu membuat Bone kembali percaya kepada Sultan Hasanuddin. Setelah diangkat kembali sebagai Raja Bone, La Maddrameng berkata kepada rakyat Bone bahwa dia menjadi raja hanyalah untuk sementara waktu, yaitu sampai datangnya Arung Palakka untuk menggantikannya. Dalam situasi seperti ini, berangkatlah Speelman dan Arung Palakka bersama pasukannya dari wilayah Buton dan siap melakukan perang terbuka dengan Sultan Hasanuddin dan Karaeng Karunrung. Tanggal 19 Juni 1667, mereka semua berlayar menuju Makassar dengan tujuan yang sudah bulat, yaitu meruntuhkan kejayaan Makassar. Sesampainya di wilayah Makassar, perang pun segera berkecamuk. Perang ini berlangsung selama dua tahun. Sultan Hasanuddin mengalami kekalahan total setelah Speelman dan Arung Palakka berhasil meruntuhkan dan menguasai Benteng Somba Opu pada 24 Juni 1969. Makam Sultan Hasanuddin di Sungguminasa, Gowa. Dalam catatan sejarah, Kompeni Belanda mengakui bahwa Perang Makassar merupakan perang yang begitu hebat dalam upaya menjadi penguasa tunggal atas perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Nusantara. Ketangguhan dan kegigihan Sultan Hasanuddin dalam Perang Makassar sangat diakui oleh Kompeni Belanda. Mereka menggelarinya dengan julukan istimewa, yaitu “Ayam Jantan dari Timur”, De Haantjes van Het Osten. Beberapa sejarawan ada yang menafsirkan jika Belanda tidak dibantu dengan pasukan Arung Palakka, mereka tidak akan mampu mengalahkan Kesultanan Makassar saat itu. Hal ini dikarenakan Makassar memiliki angkatan laut yang sangat tangguh. Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Biografi Sultan Hasanuddin Latar Belakang Keluarga dan Riwayat Perjuangannya. Menghargai jasa para tokoh-tokoh bangsa, seperti halnya Pangeran Diponegoro tidak hanya dengan mengenang dalam hati dan berterima kasih, melainkan juga dengan meneladani sikap dan perbuatan mereka. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di untuk memperoleh referensi tentang para pahlawan-pahlawan yang lain, mulai dari latar belakang kehidupannya, pendidikan, dan riwayat perjuangannya. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang sejarah Indonesia agar bisa memaknainya secara penuh. Selamat membaca. Temukan hal menarik lainnya di Gramedia sebagai SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds. Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Kategori Biografi Pahlawan Indonesia Buku Autobiografi Buku Biografi Ir. Soekarno Buku Biografi Jackma Buku Biografi Jokowi Buku Orang Sukses Materi Terkait Biografi RA Kartini Biografi Cut Nyak Dien Biografi Gus Dur Biografi Ki Hajar Dewantara Biografi Pattimura Biografi Ir. Soekarno Biografi WR Supratman Biografi Jendral Soedirman BACA JUGA 6 Pahlawan Kemerdekaan yang Sangat Menginspirasi Biografi Ir. Soekarno, Sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia Biografi Sultan Ageng Tirtayasa Riwayat Hidup dan Perjuangannya Biografi Supratman, Sang Pencipta Lagu Indonesia Raya Pasca Proklamasi, Mengapa Bangsa Indonesia Harus Mempertahankan Kemerdekaan? Sejarah dan Makna Proklamasi Kemerdekaan bagi Indonesia ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien . 74 72 302 109 214 139 157 218

perkembangan kerajaan di bidang sosial masa pemerintahan sultan hasanudin adalah